Sabtu, 23 Desember 2017

Menguatkan Kembali Dakwah Islam dengan Metode Walisongo di Nusantara


Menguatkan Kembali Dakwah Islam dengan Metode Walisongo di Nusantara
Perkembangan Islam di berbagai negara dengan penduduk non-muslim terus melaju kencang. Setiap hari masjid-masjid makin ramai dan tidak sedikit rumah ibadah agama lain di Eropa maupun Amerika dibeli untuk masjid. Perkembangan ini belum termasuk jumlah kepadatan penduduk di negara-negara muslim seperti Indonesia. Demikian juga di India, meski prosentase kecil tetapi jumlahnya besar. Dengan populasi penduduknya yang begitu besar, tak ayal umat Islam India dalam persentase kecil pun dapat menyumbang jumlah besar pertumbuhan umat Islam di dunia. Dibuktikan dengan total penduduk 1 miliar jiwa pada 2013, penganut Hindu sekitar 80,5 persen atau 857 juta jiwa, dan pemeluk Islam sebanyak 16,4 persen atau 174 juta jiwa. Umat Islam India bakal dengan cepat melebihi umat Islam di Indonesia. Dengan populasi Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia pada 2010, total penduduk Indonesia mencapai 238 juta jiwa. Jumlah penganut agama Islam mencapai 87 persen atau sekitar 207 juta jiwa. Sedangkan pemeluk Kristen mencapai 7 persen atau 16,6 juta orang.
Begitupun dari hasil penelitian dari Pew Research Center menyebutkan pertumbuhan pemeluk agama Islam di dunia diprediksi akan lebih banyak dibandingkan dengan jemaat Kristen. Bahkan, pada 2070, jumlah umat muslim diperkirakan paling besar di dunia. Penelitian Pew ini berdasarkan data yang dimiliki oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan jumlah penduduk pada 2010 dengan total 6,9 miliar jiwa. Pada tahun itu, agama Kristen menjadi mayoritas dengan total 31,4 persen atau sekitar 2,2 miliar jiwa. Sedangkan, agama Islam, sekitar 23,2 persen atau sekitar 1,6 miliar jiwa. Tidak beragama 16,4 persen atau sekitar 1,1 miliar orang. Agama Hindu di angka 15 persen atau sekitar 1 miliar jiwa. Sedangkan agama Buddha mencapai 7,1 persen atau sekitar 487,8 juta jiwa. Agama lokal di angka 5,9 persen atau sekitar 404,6 juta jiwa. Yahudi 0,2 persen atau sekitar 13,8 juta jiwa. Dan agama lainnya mencapai 0,8 persen atau sekitar 58,1 juta jiwa.
Pada 2050 dengan total populasi manusia yang diprediksi mencapai 9,3 miliar. Populasi jemaat Kristen pun nyaris diimbangi umat Islam. Yaitu, agama Kristen di angka 31,4 persen dengan total 2,9 miliar jiwa. Agama Islam dengan angka 29,7 persen atau sekitar 2,8 miliar jiwa. Tidak beragama 13,2 persen atau sekitar 1,2 miliar jiwa. Agama Hindu 14,9 persen atau sekitar 1,4 miliar jiwa. Agama Buddha 5,2 persen atau sekitar 487 juta jiwa. Agama lokal sekitar 4,8 persen atau 450 juta jiwa. Yahudi 0,2 persen atau sekitar 16 juta jiwa. Dan agama lainnya 0,8 persen atau sekitar 61,4 juta jiwa.
Kondisi umat Islam di Indonesia menunjukkan fenomena bertolak belakang dengan yang terjadi di berbagai belahan dunia. Meski kaum Muslim masih menjadi mayoritas di negeri ini, namun jumlahnya terus menurun. Ketua Yayasan Rumah Peneleh Aji Dedi Mulawarman mengatakan, ketika pemeluk Islam secara global naik signifikan, di Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia persentasenya malah menurun. Pada sensus penduduk 1990 jumlah umat Islam cuma mencapai 87,6 persen. Angka ini kemudian meningkat menjadi 88,2 persen pada sensus penduduk 2000. Angka pertumbuhan tahunan umat Islam hanya 1,2 persen. Sementara Kristen dua kali lipatnya, yakni 2,4 persen per tahun. Bila diturunkan lagi ke tingkat provinsi, akan lebih memprihatinkan lagi. Mengutip data dari seorang penulis Leo Suryadinata yang menyebutkan angka pertumbuhan Kristen terbesar adalah di Provinsi Kepulauan Riau yang mencapai delapan persen per tahun sunuh membuat kita sanat miris. Di bawahnya, ada tiga provinsi yang angka pertumbuhan Kristen mencapai tujuh persen. Ketiganya adalah Sumatera Barat, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Upaya Kristenisasi yang masif ditambah dengan aksi sebagian kelompok Islam yang kerap kali memperkenalkan agamanya dengan aksi kekerasan, intoleransi dan terorisme bisa jadi menjadi penyebab makin berkurangnya populasi umat Islam di dunia termasuk di Indonesia.
Islamfobia muncul di mana-mana, di barat atau bahkan di negara-negara timur tengah yang kental dengan warna keislamannya. Ini sebagai akibat dari aksi kekerasan dan teror yang mereka lakukan selalu atas nama Islam. Hingga agama yang dibawa Nabi Muhammad itu akhirnya diidentikkan dengan ajaran kekerasan dan teror. Islam jadi agama yang ditakuti bahkan dibenci, bahkan umat Islam sendiri ramai-ramai meninggalkan agama yang telah turun temurun dianutnya hanya demi alasan kemanaan dan mencari suaka. Populasi umat Islampun terancam makin berkurang.
Kebijakan Pemerintahan Jokowi  yang melarang guru agama dari luar negeri mengajar di Indonesia dan mempermudah para misionaris menyiarkan agama nasrani ke seluruh pelosok negeri seakan mengamini Habiburahman El-Siraji, penulis novel yang sering disapa Kang Abik, yang memprediksi Pemeluk Kristen di Indonesia semakin bertambah, sementara pemeluk Islamnya semakin berkurang. Menurunnya jumlah pemeluk Agama Islam menurut Kang Abik akibat menurunnya populasi (depopulasi), baik atas kelahiran atau karena berpindah agama. Hal ini bertolak belakang dengan yang terjadi di belahan bumi yang lain. Meski masih menjadi mayoritas namun prosentase terus menurunan.
Dalam Kiblat Garut 26 Juni 2012, Menteri Agama RI saat itu, Suryadharma Ali mengatakan, dari tahun ke tahun jumlah umat Islam di Indonesia terus mengalami penurunan. Padahal di sisi lain, jumlah penduduk Indonesia terus bertambah.
Semula, jumlah umat Islam di Indonesia mencapi 95 persen dari seluruh jumlah rakyat Indonesia. Secara perlahan terus berkurang menjadi 92 persen, turun lagi 90 persen, kemudian menjadi 87 persen, dan kini turun menjadi 85 persen.
Menurut data Mercy Mission, sebanyak 2 juta Muslim Indonesia murtad dan memeluk agama Kristen setiap tahun. Jika ini berlanjut, diperkirakan pada tahun 2035, jumlah umat Kristen Indonesia sama dengan jumlah umat Muslim. Pada tahun itu, Indonesia tidak akan lagi disebut sebagai negara dengan penduduk mayoritas Muslim.
Salah satu cara yang tepat untuk menghindari hal tersebut adalah dengan berdakwah ala Wali Songo ke pelosok Nusantara dengan menunjukkan kepada masyarakat bahwa Islam benar-benar agama rahmatan lil alamin sebagaimana yang diperkenalkan Rasulullah SAW. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya:107). Aksi sebagian kelompok Islam yang kerap kali memperkenalkan agamanya dengan aksi kekerasan dan dan terorisme bisa jadi menjadi penyebab makin berkurangnya populasi umat Islam di dunia termasuk di Indonesia.
Islamophobia muncul di mana-mana, terutama di Barat. Ini sebagai akibat dari aksi kekerasan dan teror yang mereka lakukan selalu atas nama Islam. Hingga agama yang dibawa Nabi Muhammad itu akhirnya diidentikkan dengan ajaran kekerasan dan teror. Islam jadi agama yang ditakuti bahkan dibenci, bahkan umat Islam sendiri meninggalkan agama yang telah turun temurun dianutnya hanya demi alasan keamanan, pekerjaan dan mencari muka, posisi dan suaka. Padahal Islam agama yang damai. “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. “ (QS Al Anfal : 61). Di dalam ayat di atas ditunjukkan bahwa islam adalah ajaran yang condong pada kedamaian bukan justru memecah belah dan membuat konflik berkepanjangan. Untuk itu, seruan mengarah kepada kedamaian ini sebagai bagian manusia tunduk kepada aturan Allah dan bentuk ketaqwaan pada ajaran islam. Ajaran kedamaian ini tentu saja bisa juga dibuktikan dari bagaimana Nabi Muhammad setelah perang tidak lantas menghabiskan seluruh orang-orang kafir dan penduduk yang tidak bersalah. Justru Rasulullah membangun dan memberikan kesejahteraan untuk membangun keadilan bagi masyarakat di sana, agar mencapai kesuksesan di Dunia Menurut IslamSukses Menurut IslamSukses Dunia Akhirat Menurut Islam dengan Cara Sukses Menurut Islam. Disinilah betapa pentingnya menghidupkan kembali semangat dakwah Wali Songo ke pelosok nusantara. Strategi wali songo dengan memajukan pendidikan Islam, pendekatan budaya, mempertimbangkan aspek sejarah, dan pengembangan wilayah/ geografis sangat efektif dengan keheterogenan masyarakat Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar